Connect with us

infobanjarmasin.com

Gekrafs Kalsel, Ketua DPRD Kabupaten Banjar Minta Rubah Ekonomi Ekstraktif Menjadi Kreatif

Published

on

Ketua DPRD Kabupaten Banjar, Muhammad Rofiqi, usai hadiri kegiatan pelantikan pengurus Gekrafs Kalsel. (Tim)

infobanjarmasin.com, BANJARMASIN – Ketua DPRD Kabupaten Banjar, Muhammad Rofiqi menyatakan, ada sebuah pernyataan menarik yang mengesankan bagi dirinya pada acara pelantikan pengurus Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) Kalimantan Selatan (Kalsel), Sabtu (23/07) malam.

Dalam acara Gekrafs yang terlaksana di Hotel Rattan Inn Banjarmasin itu, Rofiqi ternyata mengesankan sebuah pernyataan dari Ketua Umum DPP Gekrafs, Kawenda Lukistian bahwa ekonomi ekstraktif harus berubah menjadi ekonomi kreatif.

“Kita lihat sekarang di Kabupaten Banjar Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesarnya adalah tambang. Mungkin 4 sampai 5 tahun kedepan akan habis, jadi harus digantikan dengan ekonomi kreatif,” ujar Rofiqi kepada awak media.

Menurut Rofiqi, di Kabupaten Banjar (Martapura) perkembangan ekonomi pasca covid-19 belakangan ini juga menghambat jalannya perekonomian. Hal itu dikarenakan sepinya kawasan pasar.

“Pasar kami itu sepi, karena perlambatan ekonomi oleh covid ini, kunjungan ke pasar Martapura menjadi menurun. Apalagi sekarang intan Martapura yang dulunya dihasilkan di Cempaka sekarang sudah tidak ada lagi, sekarang yang dijual disana adalah produk India,” katanya.

“Bahan baku kita sudah tidak menghasilkan lagi, kami kesusahan karena sekarang mengetes berlian itu sulit, karena alatnya. Karena semuanya sangat Kecil-kecil semuanya,” lanjutnya.

Dengan itu, Rofiqi harapkan kedepannya perkembangan ekonomi tak hanya memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA), tapi juga harus memanfaatkan ekonomi kreatif.

“Ekonomi kita harus berubah, tidak hanya SDA tetapi ekonomi kreatif. Seperti di Martapura beberapa perusahaan penopang ekonomi batubara sudah mulai bangkrut, satu perusahaan sudah bangkut dan satu hampir bangkrut. Ini dirasa PAD sangat kecil dilihat luas daerah, hanya sekitar 200 miliar,” ujarnya.

Padahal, kata Rofiqi luas daerah Martapura terlihat luas, dari Binuang hingga Kertak Hanyar. Seperti wilayah Gambut yang memiliki area dagang yang dinilai lebih baik dibanding Martapura.

“Seperti perhotelan, hiburan, kalau Martapura sulit, agak eksklusif seperti taman budaya tadi,” katanya.

Ia menilai, ekonomi yang sangat berkembang di wilayah ruang lingkup, lingkungan tersebut adalah perhiasan.

“Menurut kultur kami adalah perhiasan, karena teman-teman saya keluarga saya jualan di sana mereka mengatakan yang datang kesana menurun. Maka dari itu harus digerakkan kembali dengan mengadakan event nasional,” jelasnya.

Selain itu termasuk pula, 2 kawasan wisata religi yang ada wilayah tersebut. Seperti Kalampayan dan Sekumpul.

“Bicara masalah wisata religi, setelah beberapa tahun baru buka kembali yaitu Kalampayan. Kedua, yang adalah Sekumpul, namun sampai saat ini Sekumpul masih ditutup oleh pihak keluarga,” ujarnya.

Ditanya wartawan, apa yang membuat wisata religi sekumpul masih ditutup hingga sekarang. Rofiqi menjawab, kawasan itu memiliki private tersendiri dari pihak keluarga yang menganggap kawasan itu masih belum bisa untuk buka.

“Sekumpul ini sifatnya eksklusif, sebabnya pemerintah daerah sendiri tidak bisa mencampuri (private). Selain itu disana juga masih tahap renovasi, dan keluarga beliau khawatir karena covid,” tandasnya. (Tim)

Share berita ini :
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply